Ekbis

Omset Bisnis Amplang Khas Samarinda Turun di Masa Pandemi Covid-19

KLIKSAMARINDAPandemi Covid-19 berdampak terhadap lini usaha kecil menengah di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Sektor ini rerata mengalami penurunan omset selama masa pandemi Covid-19 sejak Februari 2020 yang lalu.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian Samarinda, Muhammad Faisal, dampak pandemi Covid-19 tergolong signifikan di berbagai bidang usaha. Tak terkecuali industri makanan. Pada awalnya diyakini usaha makanan ini tidak terlalu banyak pengaruhnya karena merupakan kebutuhan primer.

Apalagi bagi mereka yang sudah menerapkan strategi pemasaran online. Namun, menurut Muhammad Faisal, kenyataannya tidak demikian.

“Awalnya kami prediksi tidak terlalu signifikan penurunan yang terjadi di sektor makanan dan minuman. Namun ternyata ada beberapa industi makanan yang terdampak luar biasa juga salah satunya adalah usaha Amplang,” ujar Muhammad Faisal, Rabu, 23 September 2020 saat melakukan peninjauan langsung 5 tempat usaha produksi amplang di Samarinda.

Muhammad Faisal menambahkan, penurunan omset usaha makanan tersebut juga bagian dari imbas terpuruknya sektor pariwisata. Terutama kegiatan MICE di kota Samarinda dan Provinsi Kaltim umumnya.

“Pastinya ini imbas dari menurunnya kunjungan ke kota Samarinda dan terpuruk sektor pariwisata di semua daerah sehingga kebutuhan akan oleh-oleh makanan berkurang signifikan,” ujar Muhammad Faisal.

Usaha Amplang yang terdampak langsung pandemi Covid-19 adalah Amplang Panglima dengan tempat produksi di Perum Graha Indah. Pengusaha Amplang Pangloma mengaku sangat merasakan dampak pandemi Covid-19. Misal, terhentinya pengiriman rutin setiap minggunya ke luar kota seperti di Jawa dan Bali.

“Saat pandemi covid ini kami tidak bisa lagi melakukan pengiriman rutin setiap minggunya keluar daerah. Biasa rata-rata kami dapat melakukan pengiriman dengan total produksi sebanyak 1 ton lebih Amplang ke Jawa dan Bali bahkan ada juga ke Batam,” ujar Kepala Produksi Amplang Panglima, Maskien.

Lain lagi dengan amplang berlabel Kampung Amplang yang berproduksi di Jalan Rumbia. Menurut Kepala Produksi Kampung Amplang, Inong, mereka biasa dalam kondisi normal berproduksi rata-rata 15 kali dalam sebulan. Karena pengiriman amplang tersendat, stok amplang pun bertumpuk di gudang.

Rata-rata total sekali produksi sebanyak 300 kg Amplang untuk kebutuhan di 4 outlet mereka. Dua outlet ada di Samarinda dan dua di Balikpapan. Namun, Inong merasakan situasi pandemi Covid-19 cukup berat bagi usaha yang dijalaninya.

“Sekarang hanya bisa berproduksi 2 kali saja sebulan atau maksimal 3 kali saja. Berat situasi ini karena stok masih menumpuk di outlet,” ujar Inong sambil tersenyum hambar di hadapan 7 karyawannya.

Meski saat ini, para produsen amplang ini hanya berproduksi untuk kebutuhan lokal saja, tetapi semua sepakat bahwa ada peningkatan permintaan lokal sejak dua-tiga bulan terakhir ini akibat berlakunya masa relaksasi di kota Samarinda dan sekitarnya.

“Ada peningkatan sedikit untuk permintaan lokal dua bulan terakhir ini. Namun untuk luar kota belum ada permintaan sama sekali. Itu menurut keterangan para kepala produksi tadi,” ujar Muhammad Faisal. (Jie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status