Dibalik Upaya Hilirisasi Produk Komoditi Unggulan Kaltim (1)
Rencana membangun Rumah Produksi Bersama --selanjutnya ditulis RPB-- telah mengemuka sejak tahun lalu. Dibalik itu, ada pelbagai misi yang coba direalisasikan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kalimantan Timur (Kaltim).
HENI Purwaningsih tak sungkan mengungkap stigma negatif yang melekat kepada pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) di Benua Etam. Kepala Disperindagkop UKM Kaltim itu
mengatakan, mereka tak hanya kerap dianggap kalah bersaing secara jumlah produksi. Packaging produk mereka juga dianggap tidak menarik. Di titik inilah, mindset itu coba diubah. Caranya dengan membangun RPB.
Itu musababnya, konsep RPB tak jauh beda dengan pabrik. Hanya saja, ukurannya lebih mini. Kendati begitu, RPB punya standar industri. Semua disesuaikan dengan produk yang diolah. “RPB ini nantinya akan memproduksi produk-produk olahan di Kaltim,” ucap Heni Purwaningsih, saat ditemui Klik Samarinda di ruang kerjanya, Jumat, pekan lalu.
Ada alasan mengapa RPB ditujukan untuk mengolah produk olahan unggulan. Kaltim dianggap kaya akan sumber daya di sektor pertanian. Sayang, komoditi unggulannya justru dijual di luar negeri. Bahkan dalam bentuk mentahan. Makanya, nilai tambah dari penjualan komoditi unggulan itu tidak bisa dirasakan.
“Untuk memberikan nilai tambah pada komoditi unggulan tadi, kita harus olah, kita harus lakukan hilirisasi, untuk mengolah bakan baku menjadi bahan setengah jadi,” ujar Heni Purwaningsih.
Keberadaan RPB, juga dimaksudkan untuk membangun sejumlah konsep. Diantaranya, konsep hilirisasi. Selain itu, konsep nilai tambah kepada komoditi unggulan di Kaltim. Terakhir, konsep membangun mindset baru jika pelaku IKM juga mampu mengelola sebuah industrI. Mulai dari proses pengolahannya hingga pengemasannya.
“Komoditi unggulan itu apa saja? Salah satunya ya seperti hasil pertanian dalam arti luas. Seperti CPO (Crude Palm Oil, Red.). Saat ini yang dijual ke luar kan hanya CPO-nya saja,” ungkap Heni Purwaningsih.
Sawit menjadi komoditi unggulan di Kaltim. Tidak heran, banyak perusahaan yang mengolahnya menjadi minyak goreng. Sayangnya, proses pengemasannya justru dilakukan di luar Kaltim. Jika pun kembali ke Kaltim, bentuknya sudah dalam kemasan.
Di Kaltim, ada tiga perusahaan refinery yang beroperasi. Dua perusahaan diantaranya berada di Kota Balikpapan, sementara satu perusahaan lain ada di Kota Bontang. Jumlah kapasitas produknya pun cukup besar. Mengutip data resmi Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, produksi Crude Palm Oil (CPO) pada tahun ini mencapai 4,59 juta ton. Sementara untuk Tandan Buah Segar (TBS) mencapai 19,8 juta ton.
“Ini industri padat modal,” jelasnya. “Tapi sawit menjadi salah satu komoditi unggulan yang masuk Rumah Produksi Bersama. Meski padat modal, pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya pemberdayaan,” tukas Heni Purwaningsih. (fai)