Petani Lempake Samarinda Alami Kerugian di Awal Musim Tanam 2020 Akibat Banjir
KLIKSAMARINDA – Lahan petani penggarap di Kelurahan Lempake, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami kebanjiran, Senin 13 Januari 2020. Lahan yang terendam mencapai luasan 250 hektare dari 8 kelompok tani yang ada di wilayah tersebut.
Padahal, para petani tersebut baru menanam bibit sejumlah tanaman dalam lima hari terakhir. Antara lain, padi, lombok, kacang, dan jenis palawija lainnya.
Namun, sejak Sabtu, 11 Januari 2020, lahan pertanian mereka terendam banjir akibat luapan air pada Bendungan Benanga, Lempake.
Akibat banjir itu, seluruh permukaan lahan pertanian terendam dengan ketinggian mencapai 20 cm. Para petani berusaha menyelamatkan bibit-bibit yang baru disemainya dengan mencabut dan menyisihkan pada tempat lebih tinggi.
Namun, ada pula petani yang pasrah ketika bibit tanamannya terendam. Para petani penggarap ini tak bisa berbuat banyak dan hanya menunggu air segera surut.
Satu petani di RT 25, Kelurahan Lempake, Samarinda itu antara lain Ponidi. Menurutnya, banjir telah menggenangi lahan pertanian yang digarapnya sejak Sabtu, 11 Januari 2020. Perkiraannya, air akan surut pada Minggu, 12 Januari. Tetapi, air terus bertambah hingga Senin siang.
Akibatnya, Ponidi pada musim tanam awal tahun 2020 terancam gagal tanam karena banjir yang melanda lahan pertanian garapannya.
“Ini sudah 3 hari terendam banjir setelah baru ditanam. Kemarin itu banjirnya mendadak, jadi kita tidak tahu. Sebelumnya, tahun 2019 juga pernah dilanda dua kali banjir. Waktu itu banjir pas mau panen,” ujar Ponidi saat ditemui di Jalan Usaha Tani, RT 25, Lempake.
Ponidi pun menuturkan, banjir telah menyebabkan usaha bertaninya rugi. Selain karena bibit padi yang mulai membusuk dan terseret arus banjir, kerugian itu muncul dari ongkos tanam, biaya sewa traktor, hingga perawatan dan pemupukan yang sudah lewat.
Jika ditotal, kerugian merata bisa mencapai Rp5 juta lebih menimpa setiap petani di Lempake. Kisaran kerugian total dari 8 kelompok petani dengan masing-masing anggota 25 orang dengan garapan 1 hektare bisa mencapai angka Rp1 miliar.
“Tanam awal ini ibaratnya modal. Jadi, kalau gagal tanam seperti ini, kami harus keluar modal lagi,” ujar Ponidi. (Jie)