Cerita Manjakani: Cinta dan Cita-Cita Dari Pulau Kalimantan (2-Habis)
Nabilla dan Taufan mengaku kerap mengalami konflik, baik saat latihan, membuat lagu, bahkan sebelum perform.
“KAMI tidak punya strategi khusus dalam menangani permasalahan yang sering terjadi sebelum manggung. Kadang semua terjadi begitu saja. Setelah turun panggung, keadaan membaik, tanpa sadar sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Bagi kami, panggung adalah penetralisir dan sangat magical,” ungkap Taufan, seperti dikutip Klik Samarinda dari IDNTimes.
Suka-duka sudah sering dilalui oleh kedua alumni Prodi Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Kota Pontianak ini. Kini mereka terus mengukir sejarah dari setiap perjalanan, hingga musik Manjakani diterima oleh masyarakat di Indonesia.
Atas usaha dan kerja kerasnya, Manjakani telah tampil dalam berbagai acara dan festival musik skala besar. Seperti Folk Musik Festival –Malang, Jogja Migunani –Yogyakarta, Pesta Warna –Semarang, Soundrenaline Garuda Wisnu Kencana –Bali, Bima Day –Bandung, Syncronize Festival, Archipelago Festival, dan Sound Of 3 atawa SO3 –Jakarta, juga di Kuching –Malaysia.
“Berada di panggung SO3 menjadi pengalaman berkesan dan berharga sepanjang prosesnya. Bertemu dan berkomunikasi bersama musisi hebat di panggung dan belakang panggung. Bekerja sama dengan orang-orang hebat, melakukan proses rekaman, dan pembuatan video musik dengan fasilitas yang belum pernah terjamah sebelumnya. SO3 memberikan semangat positif, dan dari hasil itu kami dapat menyebarluaskan musik lewat media RBT dan Youtube SO3,” ucap Taufan.
Tak hanya itu, Manjakani kini menjadi Brand Ambasador dari Tri Indonesia, dan menjadi bintang iklan untuk provider seluler tersebut. “Sungguh pengalaman luar biasa bagi kami. Selain karena baru pertama kali, kami berharap dari sini musik kami dapat semakin menyebar luas ke setiap penjuru nusantara,” aku Taufan.
Taufan berharap, dapat segera mengeluarkan album perdana mereka, yang rencananya akan rilis tahun ini. Ia pun ingin musik Manjakani didengar lebih luas. “Kami ingin pergi, menuju tempat-tempat baru, dengan musik kami. Bertemu teman baru, terus berjejaring, dan musik kami menyebar seluas samudera. Kami ingin, Manjakani tua seiring usia kami. Manjakani terus bersama kami, hingga kelak kami bergenerasi dan dipisahkan oleh Tuhan,” tutup Taufan. (*)