Strategi Gerakan Literasi di SMPN 4 Tenggarong, Siasati Koleksi Buku Agar Selalu Baru
Jumpa Kopi adalah strategi untuk membuat koleksi buku di pojok baca ruang kelas SMPN 4 Tenggarong terasa selalu baru. Jumpa Kopi adalah akronim dari Jumat Pagi Koleksi Pindah. Program ini dilaksanakan setiap Jumat pagi selepas para siswa melakukan senam pagi. Dikoordinir oleh masing-masing pengurus kelas, para siswa setiap kelas menukarkan koleksi buku bacaan di pojok-pojok baca kelas dengan kelas lainnya. Misalnya, kelas VIIA bertukar koleksi buku dengan kelas VIIB, VIIC bertukar dengan VIIIA, IXA dengan IXB dan seterusnya.
“Jumpa Kopi dilaksanakan karena koleksi buku di pojok baca dalam satu minggu rata-rata semua sudah terbaca. Agar ada buku baru maka koleksinya ditukar antar kelas,” kata Agus Suparmanto, Kepala SMPN 4 Tenggarong.
Melalui Jumpa Kopi semangat membaca siswa meningkat. Mereka setiap saat bertemu dan disuguhi buku-buku yang belum pernah dibaca.
“Siswa di kelas juga semakin peduli dengan pojok baca yang sudah dibuat bersama-sama,” katanya lagi.
Jumpa kopi merupakan istilah yang diperkenalkan Agus Suparmanto di sekolah tersebut. Hal itu dilakukan agar semangat membaca tetap terjaga. Jika buku sudah terbaca semua, tanpa buku yang baru semangat membaca akan turun drastis. Koleksi buku di sekolah memang cepat habis terbaca. Terutama sejak SMPN 4 Tenggarong mengadakan program membaca 15 menit tiap pagi sebelum pembelajaran.
Sekolah tersebut juga membuat jurnal membaca untuk tiap siswa. Jurnal tersebut berisi kolom tanggal, halaman buku yang dibaca, rangkuman, dan tanda tangan wali kelas atau orang tua siswa.
“Kedua program ini telah meningkatkan minat baca siswa. Dengan Jurnal membaca siswa terpicu untuk berlomba-lomba membaca buku. Karena dengan jurnal tersebut akan ketahuan berapa jumlah buku yang dibaca tiap bulan,” ujar Agus.
Untuk menambah koleksi buku bacaan, selain menganggarkan 20 persen dari dana BOS, sekolah juga melibatkan orang tua siswa. Dalam rapat, para orang tua siswa sepakat untuk mendukung gerakan literasi dengan menyumbangkan buku semampu mereka secara sukarela.
“Rata-rata orang tua siswa menyumbang satu buku untuk menambah koleksi pojok baca. Namun di pojok baca, bukunya juga berasal dari perpustakaan,” jelas Agus.
Untuk membuat siswa terpapar terus menerus dengan buku, sekolah mitra Tanoto Foundation ini juga membangun taman-taman baca di halaman dan lorong sekolah. Sekolah menyebutnya dengan nama Teras Baca dan Terminal Baca. Teras baca terletak di lorong jalan masuk ke sekolah, dan terminal baca di bawah pohon yang rindang.
“Strategi mendekatkan siswa dengan buku terbukti efektif untuk membuat siswa tergerak untuk membaca. Bahkan dalam sebulan ada siswa yang membaca 27 buku bacaan,” ujar pak Agus yang bangga dengan peningkatan minat membaca siswanya.
Agus Suparmanto, yang juga fasilitator daerah Program PINTAR Tanoto Foundation, menyebarkan Jumpa Kopi yang dilakukan di sekolahnya melalui group facebook Forum Peningkatan Kualitas Pendidikan.
“Saya membagikan link FB Jumpa Kopi yang saya tulis kepada seluruh kepala sekolah SMP di Tenggarong. Ternyata banyak yang tertarik karena Jumpa Kopi memecahkan masalah penyediaan buku bacaan di kelas. Juga minim biaya,” katanya.
Fatiyah Febiana, Siswa Keas 7a, menyatakan kesenangannya dengan program Jumpa Kopi. Dengan program tersebut, ia semakin senang membaca. “Bukunya selalu baru dan saya sudah membaca puluhan buku dalam bulan ini,” ujarnya. (rilis)