Petani Milenial di Bhuana Jaya Kukar Sukses Kembangkan Jamur TiramPetani Milenial di Tenggarong Seberang Kukar Sukses Kembangkan Jamur Tiram
KLIKSAMARINDA – Adalah Erni Dwi Astuti, seorang ibu rumah tangga di Kampung Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), tidak pernah putus asa meski sempat mengalami kegagalan dalam berwirausaha. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Setelah berulang kali mencoba, wanita yang akrab disapa Erni ini mampu mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Bahkan usaha jamur yang digelutinya kini mampu memasok ke sejumlah kota besar di Kaltim.
Erni mengaku tak menyangka usaha yang diawali rasa penasaran bisa membuatnya sukses menikmati keuntungan dari budidaya jamur tiram yang ditanam di halaman belakang rumahnya.
Awalnya dia menggeluti usaha budidaya ikan lele dan pencucian mobil. Namun, usaha itu justru berujung kegagalan.
“Pertama kita budidaya ikan lele. Bangkrut, ya kemudian kita masih meneruskan usaha cuci mobil itu, kan sambil cari usaha lain. Terpincut sama budi daya jamur tiram. Kebetulan ada teman saya dari Jawa. Kemudian sama teman-teman di sini dan di Jawa, akhirnya kita coba-coba budi daya jamur tiram.” ujar Erni ditemui 25 Desember 2023 lalu.
Petani milenial asal Desa Bhuana Jaya Tenggarong Seberang ini bisa meraih keuntungan ratusan ribu rupiah per hari dari usaha budidaya jamur tiram. Usaha jamur tiram yang digeluti Erni merupakan usaha yang dirintis bersama suaminya, Narto.
Usaha keluarga yang dirintis sejak 2019 ini ternyata membuahkan hasil. Bahkan kini usaha yang diawali dengan mencoba-coba karena penasaran soal budidaya jamur tiram, telah menjadikan Erni sebagai salah satu pengusaha milenial yang banyak dikunjungi warga yang ingin belajar budidaya jamur tiram.
Awalnya Erni belajar dengan menggunakan 50 baglog yang dibeli dari temannya. Dari situ dia terus belajar dan akhirnya mampu memproduksi sendiri baglog. Bahkan kini Erni melayani pemesanan baglog untuk budidaya jamur tiram.
“Awalnya kita dulu beli 50 log. Untuk mempelajari gimana cara perawatan jamur tiram ini. Kemudian setelah itu, kita mencoba membut medianya sendiri menggunkaan alat seadanya,” ungkap Erni.
Di tengah kelangkaan bahan bakar gas, Narto juga berhasil menciptakan alat energi alternatif dari oli bekas untuk digunakan sebagai pembakar mesin kukus baglog rakitannya.
Erni mengaku kegagalannya merintis usaha ternak lele dan pencucian mobil di kampungnya, membuat mereka belajar. Sehingga segala usaha mereka lakukan untuk mengembangkan usaha budidaya jamur tiram.
Rata-rata penghasilan Erni mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari. Pada saat panen dan harga bagus, sehari Erni bisa mengumpulkan keuntungan hingga Rp 1 juta.
Penjualannya saat ini sebagian dibeli oleh masyarakat di sekitar Bhuana Jaya. Sebagian pelanggan lainnya berasal dari luar daerah karena pemasaran dilakukan juga melalui media sosial.
Keberhasilan Erni dalam mengembangkan usaha jamur tiram di kampungnya, membuat banyak petani milenial lain berusaha belajar darinya. Salah satunya adalah Robby Pur, warga Desa Selerong, Kecamatan Sebulu, Kukar yang menjabat sebagai Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Seleroong.
Robby berharap keberhasilan usaha budidaya jamur tiram milik Erni bisa menular ke warga Desa Seleroong. Dia sengaja datang untuk belajar agar bisa mengembangkan usaha serupa di desanya.
“Sengaja datang ke sini untuk mencari ilmunya. Belajar ingin berbudi daya jamur tiram. Baik sekali, artinya ini harus ada ilmunya dan harus ditekuni,” ujar Robby.
Sementara itu, Emi, pedagang nasi bakar di Desa Bhuana Jaya mengaku membeli 1 kg jamur tiram dari rumah Erni setiap harinya. Jamur tersebut dicampur dengan sayuran untuk dijual kembali di warungnya.
Emi pun mengakui kualitas jamur di rumah usaha milik Erni cukup bagus.
“Jamurnya tiap hari beli. Insyaallah karena di sini jamurnya kualitasnya bagus,” ujar Emi.
Dalam sekali panen, masing-masing baglog bisa menghasilkan jamur tiram seberat 3 ons lebih. Sehingga untuk 1 bungkus plastik jamur tiram dijual Rp8.000 hingga Rp10.000. Proses budidayanya cukup mudah, media tanam jamur tiram terdiri dari campuran serbuk kayu, sekam atau dedak, kapur dan air.
Kegigihan dan kerja keras Erni dalam menekuni usaha budidaya jamur tiram patut diapresiasi. Usahanya kini tak hanya mendatangkan keuntungan bagi keluarga, tapi juga menginspirasi wirausahawan muda lainnya di Kaltim sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya. (Suriyatman)