Mereka Yang Menginap di Bandara APT Pranoto Samarinda Karena Pembatalan Penerbangan Batik Air

Pembatalan penerbangan Batik Air ID-6673 (Lion Air Group), Jumat 6 September 2019 dari Bandara APT Pranoto Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) tujuan Soekarno-Hatta, Tangerang, tak hanya berujung protes dan tanda tanya dari 119 penumpang manifesnya. Pun beberapa di antara penumpang yang batal ke Cengkareng itu terpaksa menginap di dalam area Bandara APT Pranoto Samarinda.
Alasan beberapa penumpang yang bertahan dan menginap di dalam bandara sederhana. Mereka dalam kondisi emergensi dan jauh dari akses transportasi, tak memungkinkan untuk menginap di luar bandara. Apalagi ketika pihak bandara maupun maskapai terkait, tak memberikan kompensasi atas kerugian yang mereka derita akibat pembatalan penerbangan tersebut.
Awalnya, Batik Air, Samarinda-Soekarno-Hatta, Tangerang, yang akan berangkat pada pukul 17:20 WITA mengalami keterlambatan karena cuaca buruk. Namun sekitar pukul 18.00 WITA sore, tetap tidak diberangkatkan. Padahal, ada 2 maskapai lain tetap terbang.
Salah satu penumpang Batik Air, Reza Saputra mengatakan, Batik Air tidak bertanggung jawab atas pembatalan penerbangan pesawat tujuan Jakarta. Menurut Reza, sesuai Peraturan Kementerian Perhubungan melalui Permenhub Nomor PM 89 Tahun 2015, kompensasi adalah hak bagi penumpang dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengelola bandara.
Karena itu, Reza dan belasan penumpang lain, memilih bertahan dan menginap di teras bandara. Bahkan, mereka sempat akan diusir oleh petugas bandara karena nekat bertahan di dalam bandara. Menurut Reza, petugas bandara beralasan menyuruh penumpang yang batal terbang itu untuk tidur di luar bandara karena akan mensterilkan bandara. Namun, Reza dan kawan-kawan tetap ngotot untuk tidur di dalam bandara.
”Itu di teras itu. Kami tadi hampir diusir, hampir mau tidur disuruh di luar karena bandara mau disterilkan. Bisa tidur di situ karena kami ngotot. Tidak dikasih makan, tidak dikasih apa-apa,” ujar Reza, Jumat malam.
Taufik, penumpang asal Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara(Kukar) Kaltim, pun demikian. Taufik mengaku terkejut saat menerima informasi bahwa penerbangan pesawat Batik Air ID-6673 batal. Pasalnya, menurut Taufik, sebelumnya ada dua penerbangan tujuan Jakarta dan Yogyakarta yang tetap mengudara.
”Tadi saya sekilas dengar katanya ada delay. Terus, gak perhatiin pesawatnya udah dapet gak. Tapi tadi hujan juga. Banyak yang nerusin,” ujar Taufik.
Baca: Batal Terbang, Batik Air Diprotes Penumpang, Ini Penjelasan Pembatalannya
Pihak Bandara APT Pranoto Samarinda, telah mengumumkan penundaan penerbangan karena Batik Air mengalami postphone badweather (penundaan karena cuaca buruk) . Pihak manajemen Lion Air Grup yang menaungi Batik Air pun telah memberikan keterangan jika penerbangan dijalankan sesuai standar operasional prosedur (SOP) sehingga Batik Air memutuskan untuk menunda keberangkatan tujuan Soekarno-Hatta, Tangerang guna memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan (safety first). Hal ini dikarenakan cuaca buruk berupa hujan deras yang mengganggu jarak pandang (jarak pandang pendek), sehingga tidak memenuhi kualifikasi keselamatan penerbangan. Batik Air penerbangan ID-6673 akan diberangkatkan pada Sabtu 7 September 2019 pukul 07.00 waktu setempat. (Jie)