Ragam

Mengenal Ikan Kering Ekspor Dari Muara Muntai Kukar

KLIKSAMARINDA – Siang itu, para ibu rumah tangga tengah menyiangi ikan-ikan hasil tangkapan nelayan. Ikan-ikan itu seperti gabus, kendia, sepat, dan repang hasil tangkapan nelayan di Danau Jempang dan Danau Melintang, Kutai Kartanegara (Kukar).

Keempat jenis ikan kering ini merupakan hasil tangkapan nelayan setempat. Ikan lalu dikumpulkan dan dipilah sesuai jenis dan ukuran. Ikan itu lalu diolah dan dijadikan ikan kering yang banyak diminati warga di Pulau Jawa dan Jakarta serta bernilai ekspor.

Usai proses pemilahan selesai, ikan lalu dijemur dan dikemas ke dalam kotak karton tebal dengan berat masing masing 25 kilogram. Setelah itu, dalam waktu 3 hari, ikan harus sudah sampai di Jakarta. Ikan kering olahan itu harga per kilogram jenis gabus ukuran kecil Rp45 ribu dan ukuran besar Rp70 ribu per kilogram.

Ikan kering termurah adalah jenis ikan kendia. Harganya Rp13 ribu per kilogram. Ikan sepat Rp30 ribu per kilogram ikan repang Rp15 ribu per kilogram.

Menurut Hadrie, seorang pembuat ikan asin di Desa Rebak Rinding, Kecamatan Muara Muntai, Kukar, setiap pekan para pembuat ikan asin di daerah ini mampu mengirimkan ikan asin mencapai 5 hingga 6 ton ke Jakarta melalui pengepul di Samarinda.

Hadrie menyatakan jumlah ikan kering itu hanya dari satu kelompok warga. Jika ditambah dari kelompok lain yang banyak tersebar di Kecamatan Muara Muntai, jumlah produksi ikan kering bisa mencapai puluhan ton per minggu yang bisa dikirimkan.

“Paling sekitar 30 kotak-40 kotak. Satu minggu sekali, kalau yang dijemur ini, kan 2 hari sekali kering,” ujar Hadrie.

Sementara itu, Sartini warga Desa Rebak Rinding, Kecamatan Mara Muntai mengakui jika setiap hari di rumah rakitnya menerima berbagai jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan nelayan Danau Jempang maupun Danau Melintang.

Dia dibantu 6 orang untuk mengolah ikan-ikan tersebut hingga menjadi ikan kering siap kirim.

Sartini menjelaskan, proses pengolahan ikan kering ini juga sangat sederhana. Ikan pertama kali disiangi dan dibuang organ perutnya hingga menyisakan daging ikan.

Proses selanjutnya adalah membersihkan ikan dan merendamnya semalaman dalam bak berisi air garam nonyodium.

Pagi hari keesokannya, ikan yang sudah terasa asin itu diangkat untuk dijemur di bawah terik matahari. Menurut Sartini, proses penjemuran inilah yang menentukan kualitas produk.

Dari banyaknya permintaan ikan asin selama ini, juga termasuk permintaan dari Jakarta, Sartini mengaku ada saja waktu ketika tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Khususnya permintaan ikan asin jenis tertentu untuk lauk makan selama bulan Ramadan.

Beberapa pembuat ikan asin tidak bisa memenuhi permintaan pasar karena hasil tangkapan nelayan yang ada di danau Melintang, Danau Semayang, dan Danau Jempang berkurang akibat tingginya air danau.

“(Dikiri) ke Jakarta. Tergantung harganya. Paling rendah (produksi) setonan. Paling banyak ada 3-4 ton. Kadang ada 5 ton setiap minggu. Setiap hari Kamis kirim. Tapi berkurang. Ini tadi, sekitar seton maha,” ujar Sartini.

Usaha produksi ikan asin yang dilakukan warga Rebak Rinding ini telah berlangsung sejak tahun 2000 silam. Warga setempat tertarik mengelola ikan kering karena melimpahnya hasil tangkapan ikan.

Ikan-ikan tersebut akan dikirim ke Jakarta lalu disebar ke berbagai daerah di pulau Jawa. Bahkan, untuk ikan-ikan tertentu hasil tangkapan di perairan Danau Jempang dan Danau Melintang, ada pula yang diekspor keluar negeri. (Suriyatman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
DMCA.com Protection Status