Ini Dia Musisi Samarinda yang Masuk Line Up Pesta Pora 2025
Line up Pesta Pora 2025 resmi dirilis. Perayaan musik tahunan yang digagas Boss Creator itu, bakal berlangsung di Gambir Expo & Hall D2 Jiexpo. Ratusan musisi dari pelbagai genre di Tanah Air, dijadwalkan pentas Jumat (5/9/2025) hingga Minggu (7/9/2025) mendatang.

MENARIKNYA, dari deretan line up tersebut, muncul nama Sabrina. Ia adalah personel dari grup Sarana. Di Kota Samarinda –bahkan Kalimantan Timur (Kaltim)– nama Sarana memang sayup terdengar. Musababnya, genre musik yang diusung cukup antimainstream dan tidak akrab di telinga awam; noise.
Namun, jangan salah. Sepak terjang Sabrina bersama rekannya di Sarana, Annisa Maharani, telah tergurat panjang di skena genre musik tersebut sejak 14 Mei 2015. Meski minim tampil di kota sendiri, keduanya justru kerap tampil di pelbagai daerah hingga mancanegara.
Sebut saja seperti RRRec Fest in The Valley di Sukabumi –Jawa Barat (Jabar)– Insolence of Deafening Definition di Lithe House, Singapura, hingga CTM Festival di HAU 2 Berlin –Jerman. Di Kota Tepian, Sabrina kerap mengisi rangkaian kegiatan seni yang digagas Muara –kolektif yang fokus pada riset dan budaya kontemporer. Hingga kini, mereka bahkan telah merilis tiga album dan dijual terbatas. Diantaranya Heals (2016), Connecting Dots (2022), dan Kediaman (2024).
Diwawancara Jumat (18/7/2025) hari ini, perempuan bernama lengkap Sabrina Eka Felisiana itu, mengaku surprise mendapat kesempatan pentas di Pesta Pora 2025. Tawaran itu, kata Sabrina, datang dari Woto Wibowo –akrab dikenal dengan Wok the Rock– via pesan singkat.
“Aku pertama kali dihubungi sama Wok the Rock. Dia nawarin, dia chat aku. Katanya, ‘Sabrina, aku mau nawarin kamu buat main solo di Pesta Pora September nanti. Bisa enggak?’, dia bilang begitu. Ya aku jawab bisalah,” ucapnya, terkekeh. “Baru dia kasih tahu kalau mainnya solo perform. Jadi enggak sama Sarana. Main dj-dj-an tapi pakai lagu sendiri,” imbuhnya.
Di Pesta Pora 2025, ada sekira 7 stage yang berdiri. Sabrina sendiri, dijadwalkan pentas di salah satu stage bernama Yes No Klub (YNK). “Aku mainnya di stage Yes No Klub ini,” ujarnya. “Tetap pakai nama Sabrina sih. Enggak pakai nama Sarana. Sarana itu kalau grup saja. Kalau sendiri tetap pakai nama Sabrina,” timpalnya.
Saat pentas nanti, ia diberikan waktu untuk tampil selama 45 menit di depan crowd Pesta Pora 2025. Berbeda dari Sarana dengan genre musik noise, di solo perform ini Sabrina mengeksplorasi intuisi musiknya lewat beat. “Jadi memang harus sedia set (laqu, Red.) lebih kurang 45 menit. Beda dari Sarana, kalau untuk Sabrina lebih nge-beat track-tracknya,” akunya. “Nah, nanti kalau di Pesta Pora ini, aku akan menggunakan stems dari trackku sendiri dan juga improvise live dengan alat yang akan dibawa,” jelas Sabrina.
Bagi Sabrina, solo perform bukan hal baru. Dalam sejumlah event di Kota Tepian, ia memang kerap tampil sendiri. Namun, pentas dengan irama musik beat, diakuinya jarang dilakukan. “Kalau solo perform lumayan sih. Tapi kalau yang beat begitu, kayaknya enggak banyak. Itu juga kayaknya aku pernah di Balikpapan. Cuma itu dj-dj-an begitu. Dan pakai track orang. Nah, nanti kalau di YPesta Pora ini harus bikin track sendiri. Harus pakai lagu sendiri,” ulasnya.
Proses kreatif diantara dua irama musik yang berseberangan –noise dan beat– diakui Sabrina banyak perbedaan. Di solo perform, dia lebih banyak mencari ilham dari bunyi track ataupun movie referensi khusus citarasanya sendiri. “Banyak banget track yang aku dengerin. Terus mikir kalau dibikin begini lucukayaknya. Inspirasinya dari situ sih,” ungkapnya. “Aku lebih suka experiment dan improvise dengan bunyi-bunyi tk kira software atau hardware. Di kumpul untuk nanti dijadikan track,” terang Sabrina.
Ia mengaku sebenarnya terbuka dengan instrumen lokal dan kedaerahan. Namun sepanjang eksplorasi musiknya, Sabrina mengaku tidak pernah bersentuhan dengan hal tersebut. “Enggak tahu, kayak takut sih sebenarnya masukin instrumen daerah. Takut kalau nadanya aku gimana-gimanain ada yang enggak terima. Sebenarnya kalau mau ambil risiko begitu ya. Terus juga kayaknya dari Sarana pun juga kita hampir enggak pernah masukin instrumen daerah gitu. Cuma paling isunya saja, seperti batu bara, suara kelotok (perahu bermotor, Red.),” jelasnya.
Disamping itu, pada 2020 lalu, Sabrina sebenarnya telah merilis album solo perdananya berjudul The Negative. Di album ini, ada 6 track yang diciptakan. Seperti Leaga, Bujeong, Cheing LB, Nehatyvnyy, Olumsuz, dan Negans. Uniknya, semua judul yang ada di album ini memiliki arti yang sama seperti judul albumnya, The Negative, yang berasal dari pelbagai bahasa di beberapa negara.
“Cuma enggak nge-beat banget, masih awal banget itu. Niatnya kalau habis ini (Pesta Pora 2025, Red.) kayaknya bakal bikin solo album lagi sih. Sudah niat dari kapan. Cuma banyak banget kerjaan. Jadi kayak kemundur mulu,” akunya, tertawa. “Kalau di album The Negative ini, aku kayak menceritakan sesuatu yang negatif itu harus dijadikan sesuatu yang positif. Daripada membuat sesuatu yang aneh, mending bikin track atau explore aja,” tambah Sabrina.
Ditilik dari alat musik, baik Sabrina maupun grupnya, Sarana, jelas berbeda dengan alat musik musisi konvensional. Mereka lebih banyak menggunakan pedal memiliki efek distorsi, overdrive, delay, reverb, wah, chorus, dan tuner. Mereka lebih banyak mengunakan pedal efek hardware distorsi dan modulasi. Kendati begitu, saat solo perform, alat musik yang digunakannya tak jauh berbeda Ketika pentas bersama Sarana. “Kalau alat kurang lebih sama sebenarnya (dengan Sarana, Red.). Cuma bedanya kalau Sarana itu ada beberapa pedal effect kayak distorsi. Kalau di solo ini, aku lebih banyak masukin sound yang beat-beat-an begitu,” terangnya.
Dibalik itu, Sabrina menyatakan, juga menggunakan Korg Volca dan sejumlah software. Namun, ada salah satu alat yang kini masih dalam tahap adaptasi digunakanya. Alat itu bernama VCV Rack (Virtual Control Voltage/Voltage Controlled Virtualization). “Kalau VCV Rack, aku masih belajar juga kan. Kalau VCV Rack itu kebanyakan kalau sudah di-patern, itu bisa berubah pas dimainin. Jadi lumayan tricky,” tukasnya. (abe)





