Ada Peluang Penelitian Bagi Mahasiswa Dari Forum Kawasan Ekosistem Esensial Wehea-Kelay
Kekayaan hayati di Bentang Alam Wehea-Kelay masih banyak yang belum terekspose. Meski sudah ada keberadaan Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Bentang Alam Wehea-Kelay, tapi perlu keterlibatan civitas akademika. Tercatat Forum KEE sudah mendata ada 713 jenis tumbuhan, 77 jenis mamalia, 270 jenis burung, 46 jenis reptil, 70 jenis amfibi, 44 jenis kupu-kupu dan 1282 orang utan.
“Kawasan ini masih terbuka untuk dieksplorasi tentang sumber obat-obatan (biofarmaka), seperti bajakah, yang bisa membantu kesehatan manusia di masa depan,” ujar Ketua Forum KEE Wehea-Kelay Suyitno dalam Kuliah Umum Sosialisasi KEE Wehea-Kelay di Ruang Meranti, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul), Jumat, 13 September 2019.
Suyitno mengatakan Forum KEE terbuka untuk mereka yang memiliki tujuan sama, yaitu konservasi orang utan Kalimantan Timur. Fakultas Kehutanan Unmul menjadi anggota paling buncit dalam forum yang kini beranggotakan 23 anggota. Anggota forum terdiri dari perwakilan pemegang konsesi (perkebunan sawit, hutan alam dan hutan tanaman industri), masyarakat Wehea, pemerintah daerah, organisasi pemerhati lingkungan dan balai penelitian pemerintah.
Bergabungnya Unmul, melengkapi kinerja forum dalam melindungi kawasan penting koridor orang utan di luar kawasan konservasi ini, khususnya dari sisi kajian ilmiah. Saat ini anggota forum mengelola sekitar 360 ribu hektare kawasan dari target 532 ribu hektare.
“Harapannya pada 2020, seluruh bentang alam bisa dikelola secara efektif,” ujar Suyitno. Ia menambahkan bahwa pengelolaan bentang alam ini penting karena sumber mata air, potensi hutan sebagai ekowisata, sumber oksigen, dan tempat tinggal spesies endemik. Fokus utama forum KEE, kata Suyitno, adalah melindungi habitat dan populasi orang utan.
Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Rudianto Amirta mengatakan kerja sama dengan KEE Wehea-Kelay akan menjadi peluang dalam pengelolaan KEE-KEE lainnya. “Kami berharap kegiatan ini menjadi inisiasi membangun rincian kebutuhan KEE ke depan,” ujar dia. Rudi meminta peserta yang hadir untuk berdiskusi tema penelitian yang strategis, bermanfaat dan bisa direplikasi. “Kami akan berkontribusi penuh untuk penelitian yang bisa memberikan kesejahteraan masyarakat,” kata dia, sebab tanpa
Manajer Senior Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang berafiliasi dengan The Nature Conservancy mengatakan tantangan besar upaya konservasi di masa kini adalah waktu. “Terjadi perlombaan waktu antara kerusakan dan perlindungan. Perlindungan yang efektif dan berhasil, bila dilakukan dengan basis ilmiah” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Kehadiran Unmul, menjadi sinar terang keterlibatan kampus dalam memperkuat argumen atau basis kajian penyelamatan kawasan lindung. “Basis ilmiah ini adalah senjata ampuh untuk meyakinkan pemangku kebijakan,” ujarnya. Niel berharap hadir penelitian dari Unmul yang memvaluasi nilai ekonomi dari konservasi hutan. “Kita perlu fakta, angka untuk menjadi kartu truf ke publik dan pemangku kebijakan,” ujar dia.
Forum KEE membuka kesempatan untuk mahasiswa Universitas Mulawarman tingkat sarjana S1 hingga S-2 dalam mengadakan penelitian di Bentang Alam Wehea-Kelay. Tiap peneliti diharapkan bisa mengumpulkan proposal penelitian paling lambat 1 November 2019.
Kawasan Ekosistem Esensial adalah ekosistem penting di luar kawasan konservasi yang secara ekologis penting dan ditunjuk sebagai kawasan lindung dengan pengelolaan berprinsip keberlanjutan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, sejak 2015 telah memulai pembentukan KEE di bentang alam Wehea-Kelay untuk perlindungan orang utan.
KEE Wehea-Kelay memiliki luas 532.143 hektare yang membentang dari Kecamatan Wehea, Kabupaten Kutai Timur, hingga Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau. Pada luasan tersebut terdapat wilayah konsesi hutan produksi, hutan alam, perkebunan sawit dan hutan lindung. Namun, para pemangku kepentingan di dalamnya berkolaborasi untuk mengelola KEE dengan bergabung dalam Forum Pengelolaan KEE Wehea-Kelay. (rilis)