Ada 13 Negara Tanam Modal di Kaltim, Mengapa Investor British Virgin Islands yang Paling Banyak?
INVESTOR asal British Virgin Islands –sebuah negara di kawasan Karibia, sebelah timur Jamaika– merupakan negara yang paling banyak menanamkan modalnya di Kalimantan Timur. Selama triwulan I-2019 saja nilainya mencapai 86,99 juta dolar AS.
Sejatinya, sampai akhir triwulan I-2019, ada 13 negara asal penanaman modal yang masuk ke Benua Etam. “Investor asal British Virgin Islands merupakan yang paling besar berinvestasi,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, Abdullah Sani, seperti dikutip dari Antara.
Investor asal British Virgin Islands menanamkan modalnya pada 14 proyek. Nilainya 86,99 juta dolar AS, setara dengan Rp 1,3 triliun atau mencapai 62,80 persen dari investasi yang masuk ke Kaltim –yang totalnya senilai 138,52 juta dolar AS, setara dengan Rp 2,08 triliun.
Di urutan kedua adalah investor asal Singapura. Dana yang diinvestasikan sendiri untuk 53 proyek. Nilainya 26,6 juta dolar AS –setara dengan Rp 398,95 miliar. Negeri Singa sendiri menyumbang 19,20 persen dari total investasi pada triwulan pertama 2019 Kaltim.
Sedangkan investor dari Malaysia berada di peringkat ketiga yang menginvestasikan dananya untuk 36 proyek senilai 10,79 juta dolar AS –setara dengan Rp 161,81 miliar atau dengan andil 7,79 persen.
“Investor dari negara lain yang menginvestasikan dananya ke Kaltim di periode ini adalah Inggris senilai 4,28 juta dolar AS untuk 9 proyek, Korea Selatan 3,93 juta dolar untuk 6 proyek, Belanda 1,25 juta dolar untuk 6 proyek, dan beberapa negara lainnya,” ucap Sani.
Sedangkan dilihat dari lapangan usaha yang diminati para investor asing tersebut, lanjutnya, maka yang paling besar mengarahkan ke subsektor listrik, gas dan air dengan nilai 79,3 juta dolar AS untuk 4 proyek.
Lapangan usaha kedua yang mampu menarik minat investor asing adalah pertambangan dengan nilai 24,34 juta dolar AS untuk 24 proyek. Lapangan usaha ini mampu menyerap 1.575 tenaga kerja Indonesia (TKI) dan 14 tenaga kerja asing (TKA).
“Lapangan usaha ketiga yang mampu memikat investor adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan dengan nilai 20,24 juta dolar. Subsektor usaha dengan 38 proyek ini mampu menyerap 466 TKI dan 1 TKA,” tukas Sani. (*)